Minggu, 25 Mei 2014

Kumpulan cerpenku



Cerpen Sahabat
Sahabat dirumah Kardus
Oleh:Samsidar

Aku terbangun dari tidurku,namun aku merasakan hal yang berbeda disekelilingku.Kardus-kardus serta lampu teplok berisikan minyak tanah tidak ada lagi didekatku.Pikiranku melayang melihat semua ini.Tergumam dalam hatiku bahwa aku sedang bermimpi,namun kutamparkan pipiku terasa sakit,lalu kucubit keras tanganku dan…”Aw” terasa sakit.Aku tak pernah berfikir sebelumnya bahwa aku bisa meletakkan tubuhku diatas kasur yang tebal,menyelimuti tubuhku dengan selimut yang lembut dan dapat memeluk guling yang bersih dari kotoran.Aku masih tak percaya hal ini dapat terjadi dalam pejaman mata sehari semalam.Apakah ini cerita dalam khayalan?
Aku berdiri melihat sekelilingku,biasanya disudut kanan cahaya lampu teplok masih menyala dan akulah yang akan meniupnya,sedangkan temanku disudut kiri masih dalam keadaan tertidur pulas.Kini pemandangan 360 derajat berubah,aku tak melihat teplok itu dan sahabatku…”Kemana Tina?” aku tersentak kaget mengingat sahabatku.Kucarinya dikamar mandi dan lemari tapi tidak terlihat sosok sahabatku yang separuh tinggi cenderung pendek itu.Barang mewah dalam kamar ini tak membuatku tersenyum lagi ketika aku teringat akan Tina.Aku berlari menuju pintu namun pintu terkunci dari luar sehingga aku tak dapat membukanya,akhirnya aku melompat dari jendela agar bisa keluar.Tak hilang semangat untuk mencari sahabatku tersebut aku pun terus berlari menuju pagar,namun tiba-tiba sosok wanita cantik mengejar dan memanggil ku dengan sebutan Rina.Mungkin ia menemukan tulisan nama itu dibagian bajuku.Aku berhenti dan melihat kearahnya,kakiku kaku mulutku ternganga dan mataku tak berkedip melihat wanita itu,sebegitu cantik nya wanita tersebut hingga membuat aku terdiam sejenak?
Wanita itu menyapa dan menatapku dengan penuh senyuman seraya memegang kedua bahuku “Rina sudah sadar?”.Aku hanya diam dan tetap ternganga hingga mengeluarkan cairan putih kental mengenai bajuku.Dia menyadarkanku dari lamunan sejenak,aku terkaget dan dengan cepat mengusap ludahku yang mencair disela bibir hingga daguku,ia tersenyum geli melihat tingkah ku.Kemudian wanita yang kerap disapa Melodi itu mengajak ku sarapan pagi karena ia khawatir terhadap ku yang ditemukan pingsan semalaman didekat lampu merah persimpangan jalan.Aku menolak mentah ajakan nya karena yang aku inginkan adalah betemu sahabatku Tina.
“Tina mana?,dia pasti belum makan juga kak,kakak ngerti dong kami itu sudah bersahabat semenjak kami hidup dijalanan,pasti sekarang dia sedang ngamen untuk mengumpulkan uang”.tutur kataku cepat dengan rasa khawatir terhadap Tina.Kak Melodi pun bingung dengan perkataanku,ia menggelengkan kepala dengan mata mengkerut memandangku.Lalu ia memaksa ku masuk kedalam rumah dengan perjanjian akan mempertemukan aku dengan tina,karena jika ia tak bicara begitu aku tak akan pernah beranjak dari tempatku berdiri.
Setelah sarapan dan membersihkan semuanya aku pun kembali menagih janji pada wanita itu,namun ia tetap tak mengerti dengan kata-kata yang ku lontarkan.Akhirnya aku menceritakan semuanya tentang hidupku dan Tina yang harus merasakan kerasnya hidupnya dijalanan,yaitu tidur hanya beralaskan Koran dan kardus bekas.
***
Teringat kisah dengan sahabatku Tina.Dia adalah sosok sahabat yang setia,humoris juga perhatian.Tak pernah sebelumnya aku menemukan teman sepertinya,selalu menemani dan menjagaku dari kejahatan apapun yang dapat melukaiku.Walaupun tubuhnya kecil tapi ia mampu menjaga tubuh tinggi yang memiliki daya tahan tubuh lemah seperti aku.
Hari-hari ku lalui bersama Tina.Senang,duka,sedih,canda dan tawa.Aku tidak pernah menyesal dilahirkan kedunia dengan keadaan yang kekurangan ini,karena aku selalu merasa bahagia dengan kehadiran Tina dalam hidupku,ia selalu membuatku tersenyum walaupun susah mendapatkan sesuap nasi.
Suatu ketika,kami melakukan aksi seperti biasanya,yaitu benyanyi gila-gilaan dengan diiringi musik pukulan galon yang dimainkan oleh Tina.Kerap kali kami lakukan itu agar kami dapat bertahan hidup.”Seribu…dua ribu…enam ribu…delapan ribu…”,ku hitung penghasilan hari ini,tidak begitu memuaskan tapi setidaknya kami bisa membeli sebungkus nasi untuk berdua.Begitulah seterusnya hidup kami ketika dijalanan.
***
Kak Melodi secara tak sadar mengeluarkan airmata setelah mendengarkan cerita hidupku.Ia memelukku dengan tangisan dan menatap mataku dengan senyuman bangga terhadapku seraya berkata “Rina,kita cari Tina sekarang!”.Aku pun terdiam menganggukkan kepala dengan diiringi keadaan hati yang begitu senang.
Tepat jam sebelas siang,Aku dan kak Melodi bergegas menaiki mobil untuk mencari Tina.Tempat pertama yang kami kunjungi adalah dilampu merah pesimpangan jalan,tempat ditemukannya aku dalam keadaan pingsan.Dengan cepat aku keluar dari mobil dan belari seraya berteriak memanggil Tina,namun sia-sia.Kak melodi pun menggelengkan kepala dan mengangkat bahunya dihadapan ku.Aku tertunduk sedih,rasa khawatir begitu dalam terhadap sahabatku Tina,terbesit dalam pikiranku”apakah aku bisa memeluk Tina lagi?”.
Kak Melodi memberi ku semangat dan berusaha membuatku ingat dengan jalan menuju rumah kardusku.Hampir semua perempatan lampu merah yang ada didaerah ini kami telusuri,namun tetap tak berhasil untuk bertemu dengan Tina.Hari pun semakin sore,kak Melodi akhirnya mengajakku pulang.Dengan raut wajah sedih aku pun menuju mobil dan kembali kerumah mewah.
***
Waktu itu aku dan Tina mengamen dijalanan,menyanyikan lagu kebangsaan rumah kardus dengan ceria pada orang-orang yang menunggu lampu hijau menyala.Ku ketuk kaca mobil dan menyodorkan kotak uang dengan harapan ada beberapa lembar uang dimasukkan bapak itu kedalam kotakku.Namun tidak sesuai harapan,jangankan uang kaca mobil nya saja tidak dibuka.Tergumam dongkol dalam hatiku”Dasar sombong!!”.Aku pun berjalan  berniat menghampiri Tina yang sedang ngamen disimpang jalan,tapi tiba-tiba 2orang berjaket hitam dengan cepat menggendongku dan membawaku pergi jauh dari hadapan Tina.Tina pun berteriak seraya berlari mengejar mobil yang mengangkutku.Namun sia-sia,langkah kakinya tak mampu mengejar mobil yang begitu cepat jalannya.Aku pun menangis sambil menggeliat berusaha lepas dari sekapan dua penjahat ini.
Aku terpisah dari sahabatku,aku tak tau apa maksud penculik ini menangkapku.Mobil pun berhenti disuatu tempat,diseretnya aku keluar dari mobil dan diserahkan nya aku pada laki-laki separuh muda cenderung tua.Rasa takut menyelimuti otak juga ragaku.
“Lepaskan aku!!,apa mau kalian semua?tanya ku dengan penuh amarah
“Diam kau bocah,kau itu punya tubuh yang bagus,jadi lebih bagus lagi kalau kau dijual pada pak kaya ini.Mengerti??’ jawab penculik itu seraya pergi meninggalkan tempat kejadian.
“Apa?aku tidak mau!!” berontakku
            Aku pun menangis sambil memikirkan cara agar bisa lolos dari lelaki hidung belang itu.Aku pun menendang buah kelamin nya dan bergegas lari,ia mengejarku dengan sekuat tenaga.Aku terus berlari hingga akhirnya “BRAAAK!!..” sebuah mobil menabrak ku dan aku terjatuh tak sadarkan diri.
***
            Sudah 3hari aku menempati rumah kak Melodi,aku selalu memikirkan sahabatku Tina,aku sangat khawatir terhadapnya.Akhirnya aku memutuskan untuk pergi sendiri untuk mencari Tina.Aku menyelinap disebuah pekap sayur jurusan jl.sidoardjo.Aku merasa tak asing lagi mendengar jalan itu,setelah aku ingat-ingat jl.sidoardjo itu adalah jalan menuju ke rumah kardusku.Aku pun semakin semangat untuk mencari Tina.
            Tak lama kemudian aku pun sampai ditempat tujuan,dengan langkah cepat aku berlari menuju rumah kardus dan memanggil-manggil nama Tina.Namun Tina tak beranjak keluar dari rumah kardus itu,aku pun masuk kedalam ternyata Tina sudah terbaring lemah beralaskan Koran.Aku memeluknya erat dan meneteskan airmata.
“Tina…aku kangen ama kamu,kamu kenapa jadi begini?mana Tina yang dulu kuat?”kataku sambil menangis
“Rin..rina..aku senang kamu kembali,kamu baik-baik sajakan?”Tanya Tina dengan keadaan tubuh menggigil.
“Ak..aku dingin Rin,aku gak kuat lagi.”sahut nya lagi dengan wajah pucat pasi.
            Aku pun memeluk Tina untuk menghangatkan tubuhnya.Kata demi kata dia lontarkan kepadaku dengan terbata-bata.Aku tak menyangka Tina yang sekuat itu sekarang terbaring lemah dirumah ini.Aku pun berlari membeli obat dan segera pulang kerumah kardus,betapa sibuknya aku membuka obat dan membangunkan Tina untuk meminum obat tersebut,tapi Tina hanya diam dan tak memberikan respon kepadaku.Alangkah terkejutnya aku ketika memegang urat nadinya tak berdenyut lagi.
“TINA…!!! Aku datang kenapa kamu pergi?kita belum sempat merangkul cerita lagi dirumah kardus ini,kenapa kamu tinggalin aku??”jerit ku dengan tangisan.
            Akhirnya aku pun tersadar bahwa tak ada yang kekal didunia ini,meskipun itu sebuah persahabatan.Aku dipertemukan dengan Tina dirumah kardus ini dan akhirnya harus terpisah ditempat ini jua.Mungkin aku dan dia bisa bersama lagi ketika disurga.Tina,sampai kapan pun kau adalah sahabat terindah dirumah kardusku.


SELESAI




The Biadab
Oleh:Samsidar

            Waktu itu mereka bertemu secara tak bersamaan.Sebuah mata kuliah yang membosankan membuat mereka berempat menyatu dalam kebisingan diruang kelas.Berawal dari sebuah pertemanan yang biasa saja hingga akhirnya mereka membentuk sebuah geng,ya sebut saja nama geng itu adalah “The Biadab”.Nama yang begitu aneh dan tak begitu bagus didengar oleh telinga.Tapi itulah adanya,mereka menyukai keanehan itu dan terus berusaha mencari bahan tertawaan.Mereka berasal dari latar belakang agama dan keluarga yang berbeda-beda.Sema dan Sita adalah 2orang yang beragama islam,sedangkan Maura dan Merta memeluk agama Kristen.Tapi dari perbedaan itulah mereka mencoba bersatu.Tak ada satupun dari mereka yang mempunyai sifat pendiam atau istilah tenar nya disebut kalem,mereka semuanya pembising dan pencaci humoris.Tiada hari tanpa tertawa,dan hal itu membuat gigi kering dan perut sakit bagi mereka maupun orang lain yang menikmati lelucon mereka.Kalaupun ada sedih,pasti itu tak berlarut karena prinsip mereka adalah senang dan sedih datang nya satu paket.
            Tepat jam 12.00 siang,sema dan sita bersiap-siap untuk berangkat kuliah.Mereka berdua selalu bersama pergi kuliah,ya karena memang mereka satu tempat tinggal atau istilah gaulnya adalah ngekos bareng.Mereka mempunyai kesamaan yaitu sama-sama diberikan anugrah berupa dompet tipis setiap hari kecuali ada momen-momen tertentu baru merasakan bagaimana punya dompet yang tebal.Terkadang Sema tak terima dikatakan sebagai pengguna dompet tipis karena ia merasa dompetnya tebal.Ya...memang terkadang tebal tapi bukan karena uang melainkan karena tumpukan nota belanja tetangga kos dan beberapa koin berlian atau lebih tepatnya koin mata uang seratus rupiah.
            Suatu ketika mereka berempat sedang asik bercanda dihalte tempat menunggu bus yang ada dikampus,tawa itu pun terbawa hingga mereka menginjakkan kaki kedalam bus.Hal itu pun menciptakan suara yang begitu riuh dan bising didalam bus,sehingga salah seorang mahasiswa fakultas lain merasa terganggu dengan kehadiran mereka berempat didalam bus tersebut.Karena Sema yang berkesempatan duduk disamping lelaki yang kerap disapa Bom-bom itu,maka terjadilah sedikit dialog diantara keduanya.
“Hahahaha….”Sema tertawa karena masih asik menikmati lelucon teman-temannya.
“Semester berapa sih kalian?”Tanya Bom-bom kepada sema dengan raut wajah hitam mengkerut.
“Ha???..semester 1 bang.hhaha”Jawab Sema dengan nada bicara sambil tertawa karena masih merasa asik dengan lelucon teman-temannya.
“Oh!!..belagu eh!!” tegas Bom-bom dengan mata sinisnya mengarah pada sema dan teman-temannya.
Sema pun terdiam seketika mendengar perkataan Bom-bom.tapi itu tak membuat Sema berhenti tersenyum dan tertawa,karena ia menikmati balasan sms dari Merta.

“Mer,lihat orang yang duduk disebelah ku ini,badan nya boros sekali.haha”
“Hahaha,aku yakin sem dirimu hanya dapat duduk seperempat kan?lihat saja tubuhnya seperti buntalan karpet!”
“Haha iya Mer,sudahlah gendut,hitam eh belagu pula”.
Percakapan lewat via sms pun terjadi antara Sema dan Merta.Sedangkan Maura dan Sita mengetahui cerita nya setelah sampai dihalte Bintan centre.Mereka berdua tertawa lepas mendengar cerita sema.
            Keesokan harinya seperti biasa mereka pulang kuliah selalu bersama,menuju halte tempat perbentian bus yang ada dikampus.Mereka selalu melakukan hal-hal yang bisa membuat isi bus tersebut tertawa bersama terkecuali Bom-bom,seorang mahasiswa fakultas kelautan semester 7.Seperti biasa,pertanyaan Bom-bom yang dilontarkan kemarin akhirnya  ditanyakan kembali kepada mereka berempat.
“Semester berapa sih kalian?”Tanya Bom-bom dengan alis mata mengkerut.
“Semester satu bang,kenapa memang nya?”jawab Sita dengan nada bicara yang sedikit menantang.
“Belagu eh!”Kata Bom-bom sambil memandang sinis mereka berempat.
“Eh..kenapa pula abang bicara seperti itu?”Tanya Sita dengan nada bicara yang semakin naik.
            Bom-bom pun berlalu meninggalkan The biadab tanpa menjawab pertanyaan Sita.Ya…dia hanya sok-sok berani saja menindas junior tapi nyatanya ia adalah seorang pengecut dan pecundang.Bus akhirnya pun berjalan,ternyata Bom-bom bersama teman-temannya menaiki bus yang sama dengan The Biadab.Percelotehan pun akhirnya terjadi antara kedua geng tersebut.
“Eh!!..belagu sekali sih kalian!baru semester satu saja pun,dasar sok cantik..!”kata Bom-bom
“Ooh…iya memang kami cantik bg! “jawab Maura dengan percaya dirinya.
“Ih,aku taulah kemarin kalian menertawakan aku kan?
“Ha?! Apa?..haha,jangan geer deh bang,kami tuh memang tertawa tapi bukan menertawakan abang!merasa sekali sih  jadi orang serasa dunia hanya miliknya saja!”
“Ya sudahlah kalau tidak ada,bisa diam kan?”kata Bom-bom dengan raut wajah yang sangat memalukan.
            Mereka berempat pun tertawa lebar mendengar kata-kata Bom-bom,hingga akhirnya mereka memberi julukan kepada Bom-bom dengan singkatan BGA,yang arti singkatannya adalah Babi Guling Afrika.BGA adalah penggambaran yang cocok untuk si Bom-bom,karena dia besar gendut seperti babi,kulit nya hitam seperti orang afrika dan gaya nya belagu tak seberapa.
            Begitulah kehidupan The Biadab ketika pulang dari kuliah menaiki bus kampus,selalu tertawa dan menyelesaikan masalah secara bersama,persahabatan yang saling membantu anggota nya dalam keadaan susah maupun senang.Hingga akhirnya mereka harus berhadapan dengan Bom-bom yang selalu tidak senang melihat orang lain tertawa.The Biadab beranggapan bahwa si Bom-bom mungkin mempunyai masalah diluar sana sehingga ia tak suka melihat orang-orang yang tertawa berlebihan.
            Walaupun The biadab adalah pembising dan pencaci humoris,tapi mereka tetap mendoakan Bom-bom agar lulus skripsi dan wisuda dengan baik.Kenapa mereka berdoa seperti itu?Ya…tidak lain  mereka ingin didoakan lulus juga karena mereka akan merasakan bagaimana posisi disemester 7,ya..siapa tau kelak mereka berada diposisi Bom-bom,tidak disukai oleh para junior.

SELESAI



Cerpen Alam
Aku Peduli,Mereka Juga
Oleh:Samsidar

Aku berjalan menyusuriperempatan gang kecil yang ada didaerah Bintan.Ku lihatdisekeliling ku begitu banyak sampah-sampah yang bertaburan tertiup angin,ada juga sampah yang menggunung diselokan air.Itu semua membuat pandangan ku tertuju pada mereka.Ya..mereka adalah orang-orang yang berada disekitar tempat itu.Aku prihatin melihat Desa yang rindang ini ternyata menyelipkan tempat-tempat yang tidak begitu bersih.
Terlintas dalam otakkku ingin membersihkan tempat itu agar terlihat rapi juga bersih.Tapi itu hanya sekilas dalam benakku,bagaimana bisa aku sendiri dapat membersihkan tempat yang begitu banyak tumpukan sampah?.Namun akhirnya aku memutuskan untuk melakukan nya sendiri.Walau ada sedikit rasa malu tapi aku tak menyerah.Aku terus bekerja keras menjilati sampah-sampah dijalanan dan memusnahkan tumpukan sampah kering dengan kekuatan si jago merah.
Aku tidak ingin dikatakan sebagai orang yang sok bersih dan pengatur.Oleh karena nya,aku melakukan hal itu sendiri tanpa mengajak orang-orang yang ada ditempat itu.Tapi alangkah senangnya hatiku,semua yang ku pikirkan tentang orang-orang ditempat itu tidak sejalan dengan apa yang ku bayangkan,mereka tidak tega melihat seorang saja dengan bersusah payah membersihkan semua sampah itu.Bermula dari satu orang yang datang membawa sapu utuk membantuku,hingga akhirnya orang berbondong-bondong datang membantu ku membersihkan tempat itu.
Ketika sedang asik begotong royong,tiba-tiba sebuah motor melintasi jalan digang tersebut dan melempar plastik hitam tepat dibawah kakiku.Selain tidak mempunyai tata krama,Ia juga tak punya kepedulian terhadap lingkungan.Apa maksudnya melemparkan sampah dihadapan ku?atau karena aku memegang sapu hingga ia sekalian menitip sampah itu kepada ku?tidak begitu caranya,bisakah ia turun terlebih dahulu dari motornya lalu dengan sopan meletakkan sampah itu pada tempatnya?.Tapi Ia tak melakukan itu,malah dengan cepatnya ia berlalu meninggalkan sekumpulan oang yang sedang bergotong royong.
Emosi ku pun menaik,tak ku sangka ada orang seperti itu.Untung saja sampah itu jatuhnya tepat dibawah kakiku,sampai saja benda itu mengenai kepala ku dengan tidak segan-segannya aku akan mengejar dan menangkap kepala nya lalu memoleskan sedikit lumpur pada pipinya.
Melihat semangatnya orang-orang itu bergotong royong,aku pun kembali bangkit dan berusaha meredamkan hatiku yang sangat kesal pada lelaki itu.Tak lama kemudian,pekerjaan pun selesai dengan baik.Kupandangi lingkungan disekitar tempat itu,kini terlihat berbeda dari sebelumnya.Karena sebuah sapu,tidak ada lagi sampah-sampah dijalanan.Berkat jasa cangkul dan sekop tidak ada lagi gunung sampah dalam selokan.Dan kalau bukan karena Sijago merah mungkin sampah-sampah kering tidak akan musnah.Aku begitu senang melihat semua itu,timbul rasa semangat yang semakin dalam untuk membersihkan tempat-tempat lainnya.Aku pun beristirahat dibawah pohon rindang dekat perempatan itu,sedangkan disudut kanan masih terlihat beberapa orang sedang memunguti sampah-sampah kecil disekitarnya.
Bercucur deras keringat ku,sebagai tanda sehatnya jasmaniku.Sebotol air Sanford menemani kelelahanku dan melepaskan dahaga dari lemahnya tubuhku.Ketika aku sedang asik memandang lingkungan yang bersih itu,tiba-tiba terdengar suara motor yang tak asing lagi ditelingaku.Setelah ku hampiri ternyata benar,dia datang kembali ketempat itu.
“Hei manusia,buat apa anda kemari?” tanyaku dengan nada sedikit mencela.
“Akh..itu mbak,lihat plastik hitam yang saya lemparkan disini tadi gak?”kata lelaki itu dengan mimik wajah seperti kehilangan sesuatu.
“Oh..sampah itu? Memang buat apa?kan tidak berguna lagi,bukannya anda sudah membuangnya?”jawabaku pada lelaki itu.
“Iya mbak tapi didalamnya terdapat barang penting”tutur lelaki itu sambil menahan emosi.
“Oh,tapi plastik itu sudah terbakar.Jadi bagaimana?”jawab ku santai seakan tak ada salah.
“Apa?! Kamu yang benar mbak,kamu tahu tidak  isi dalamnya apa?”
“Emang isi nya apa?sampah kan?”
“Aduh..ggrrr..disitu ada KTP saya,mbak ini gimana sih masa membakar sampah tidak dilihat dulu!”Tutur katanya kepada ku yang semakin menyolot.
“Heh,yang nama nya sampah mau dibakar ya sudah dibakar saja.Lagipun itu salah anda!,dimana tata krama anda seenaknya saja melemparkan sampah pada orang-orang yang sedang bergotong royong”
“IIhhh….kamu wanita tapi judes ya? Ya sudah saya minta maaf atas kelakuan saya yang tidak sopan itu.Mungkin ini balasan buat saya.Terimakasih sudah menyadarkan saya walau anda menyebalkan!”
            Aku terdiam sejenak mendengar tutur maafnya,aku kira dia akan terus mencaci dan menyerangku,ternyata walaupun ketus dia sudah berusaha untuk minta maaf kepadaku.Akhirnya aku pun mengembalikan KTP itu kepadanya.Aku tidak sebodoh yang orang pikirkan,sebagai mahasiswa tentu aku tahu apa yang harus aku lakukan,yaitu memilah isi penting dari plastik hitam itu.
            Usaha yang kulakukan pun tak berakhir sia-sia,lelaki itu tersenyum geram melihat tingkahku dan mengucapkan terimakasih kepadaku karena telah menyelamatkan KTP nya.Semenjak kejadian itu,ketika ada kegiatan bersih-bersih peduli lingkungan bukan hanya aku saja yang turun ke lapangan tapi dia juga turut serta menemaniku.Ya..sedikit berharap kepadanya,bukan hanya mnemaniku dalam bersih-bersih saja tapi juga menemani ketika hatiku sepiJ


SELESAI







Kebun Teh Milik Ayahku
Oleh:Samsidar

Tak banyak yang dapat kulakukan ketika liburan akhir pekan.Namun aku bahagia karena bisa menikmati segarnya dunia pagi diperkebunan teh milik ayahku.Walaupun tak ada teman sebaya,tapiburung-burung dan pepohonan disini cukup membuatku tak merasa kesepian.
Pagi yang indah menyinari hati dan pikiranku.Begitu sejuknya udara dipagi ini,membuat hatiku pun sejuk seperti menelan salju.Kupandangi ayah dari kejauhan yang sedang memetik daun teh,aku sangat bangga mempunyai seorang ayah yang cinta kepada alam.Walaupun banyak kendala dalam mengolah lahan perkebunan teh ini tapi ayah tak hilang semangat untuk mewujudkan mimpinya,yaitu menciptakan sebuah perkebunan teh yang dapat bermanfaat untuk semua orang.
Suatu ketika ayah kebingungan karena beberapa sisi lahan perkebunannya mengalami kerusakan.sehingga menyebabkan penurunan kualitas daun teh.Oleh karena itu ayah memanggil teman terbaiknya yang ahli dalam bidang budidaya tanaman dan perkebunan teh.Setelah diselidiki oleh temannya tersebut,kerusakan tanaman disebabkan karena adanya tikus-tikus perusak dilahan tersebut.Ayah tak menyangka hal itu dapat terjadi karena selama ini perkebunannya baik-baik saja.Ayah berfikir bahwa ada orang luar yang melakukan hal ini.
***
Sebut saja namanya Tuan Hariyanto,seorang Direktur utama perusahaan Jayapetaka di kota Jakarta.Dia terkenal sebagai orang yang kaya raya,namun kekayaannya tersebut dicapai karena adanya kelicikan dalam berbisnis.Bukan Hariyanto nama nya jika tidak curang dalam hal apapun.Hampir semua lahan pekebunan di desa Bogor diambil alih oleh Tuan Hariyanto untuk bisnis sebuah proyek.Dia memiliki istri simpanan yang kerap disapa Mirna.Mirna mempunyai hubungan yang baik dengan ayahku.Tapi aku tidak tahu,apakah ia benar-benar baik kepada ayahku atau ia hanya berpura-pura baik?
Suatu ketika ayahku menerima tamu,dan ternyata tamu itu adalah tante Mirna.Mataku sinis memandangnya,karena menurut penglihatanku ia adalah orang yang tidak baik.
“Serin…sini salam dengan tante Mirna,beliau ini orang baik.jangan sinis gitu ah lihatnya”.kata ayah seraya memanggilku.
“Dia siapa?Serin gak suka dia disini!”kataku dengan ketus.
“Sayang,tante ini berniat membeli lahan perkebunan teh ayah kamu tapi ayah kamu tidak mau menjualnya kepada tante.Katanya pekebunan ini satu-satunya aset terbesar milik kalian” kata tante mirna kepadaku.
            Aku pun terdiam dan berlalu meninggalkan mereka diruang tamu.pembicaraan pun dilanjutkan oleh ayah dan tante Mirna.Tante Mirna memaksa ayah untuk menjual lahan perkebunannya tersebut.Namun ayah tetap bersikeras mempertahankan aset terbesarnya itu.Karena ayah khawatir perkebunan nya kelak jatuh ditangan yang salah.
“Baiklah kalau begitu pak,saya permisi pulang dulu.Ingat pak kalau suatu saat bapak berubah pikiran untuk menjual lahan ini,hubungi saya segera.Saya siap membantu bapak , percayalah perkebunan ini akan aman ditangan saya pak”kata tante Mirna kepada ayah.
“Ya terimakasih Mir,InsyaAllah saya akan mempertahankan perkebunan ini”kata ayah dengan tegas.

***
            Suatu ketika aku berjalan menyusuri perkebunan teh.Aku menikmati betapa segarnya daun-daun teh itu.Kemudian aku berlari menuju jalan raya,namun tiba-tiba sebuah mobil jeep berhenti disebelahku.Keluarlah dua orang brewok dari mobil itu dan menyeret ku masuk kedalam mobil.Mulutku di lem,tanganku di ikat.Aku tak bisa bergerak dan hanya bisa diam mendengarkan permbicaraan dua penculik itu.
“Hey kamu pegang anak ini yang bener ya,jangan sampe ia kabur.Nanti kita dimarahi pak bos”
“Iya tahu,hehe bentar lagi kita akan menerima bonus dari pak bos karena berhasil menangkap anak ini”
“Ehm pasti,jon foto siapa ini?”
“Eh jangan pegang-pegang,itu foto istri pak bos.Namanya Mirna,cantikkan?”
“Tak disangka pak bos yang setua itu punya istri cantik begini,mendingan sama gue kan jer”
“Hey ngacak dong kamu,mendingan juga ama gue.Sini fotonya biar gue yang megang.”
            Mereka pun memperebutkan foto tante Mirna.Sekarang aku tahu maksud tante Mirna ingin membeli pekebunan teh milik ayah,ternyata ia bekerja sama dengan Tuan Hariyanto untuk sebuah proyek di Jakarta.Aku pun terus berfikir dan mencari cara agar bisa lolos dari dua penjahat yang otak nya dangkal ini.Tak lama kemudian mobil pun sampai di tempat tujuan.Disana ada seorang lelaki yang menjadi tangan kanan tuan Hariyanto.Lelaki yang kerap disapa Rojali itu pun menelpon ayahku dan meminta tebusan sebanyak 3miliar.Ia mengancam ayah akan membunuhku jika dalam waktu 24jam uang itu tidak sampai ketangan Rojali.
            Aku meronta dan menggelengkan kepala seraya menggerutu dalam hati “Tidak..Jangan !!”,Aku yakin ayahku pasti sedang bingung memikirkan bagaimana cara mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu sehari,sedangkan perkebunan ayah sedang mengalami penurunan kualitas.Aku terus berfikir agar dapat melarikan diri dari tempat ini.Aku meronta-ronta agar penculik itu membukakan lakban pada mulutku,karena merasa risih dengar kebisingan ku akhirnya lakban pun dilepaskan dari mulutku.
“Aw….”Teriakku kesakitan.
“Kamu mau apa sih berisik sekali,nanti bos marah!!”kata seorang penculik itu
“Om aku mau buang air besar.Izin ke WC bentar ya pliss!!”
“Ah..itu alasan kamu sajakan,remaja seperti kamu itu sudah sering menggunakan taktik itu.Pasti nanti kamu kabur kan?”
“Sumpah om sudah tidak tahan lagi ni,aku buang disini saja ya!”
“Eits jangan!!jorok sekali kamu ini,ya sudah mari saya antar,awas ya sampai kabur!”
“Siap Bos! Buruan buka dulu tali nya,gimana mau membersihkan nya nanti”
            Penculik itu pun membuka ikatan tali ditangan ku.Dia menyuruh ku jalan didepan nya karena ia khawatir aku akan melarikan diri darinya,ku melangkah secara perlahan sambil melihat di sekelilingku.Berharap ada sesuatu benda dan petunjuk agar aku bisa lolos dari penculik itu.Mataku tertuju pada sebuah sapu yang ada didekatku.Kemudian aku memperolok lelaki yang otak nya seperti tempurung itu.
“Om..lihat dibelakang om,ada tante Mirna tuh”perintah ku sambil menunjuk jari ke arah belakang lelaki itu.
“Mana tidak ada”jawab lelaki itu seraya menoleh kebelakang.
“Om,mau ini gak?”kataku lagi yang sedang memegang sapu.
“Apa?”kata penculik itu sambil menoleh ke arahku.
            Dengan cepat aku pun menendang buah kelaminnya dan spontan memukul-mukul kepalanya dengan sebatang sapu.Aku pun berlari keluar dan menyelinap disebuah bagasi mobil.Tak lama kemudian mobil itu pun berjalan dan berhenti disuatu tempat.Aku segera keluar dari bagasi tersebut,alangkah senang nya hatiku karena kebetulan mobil itu menuju ke rumah ayahku.Aku berlari masuk ke dalam rumah seraya berteriak memanggil nama ayah.Tante Mirna pun terkejut melihat kehadiranku,karena semua yang mereka rencanakan berakhir sia-sia.Belum sempat ayah mengukir tanda tangan diatas surat penjualan lahan perkebunannya itu kepada tante Mirna,satu-satunya orang yang mampu membeli lahan perkebunan ayah senilai 3miliar untuk menyelamatkan ku,aku pun datang dan menceritakan semua kebusukan tante Mirna dan Tuan Hariyanto beserta rekan-rekannya itu.
            Akhirnya tante Mirna dan Tuan Hariyanto beserta rekan-rekannya itu dimasukkan kedalam penjara.Itulah akibat dan balasan bagi orang-orang yang ingin merusak alam,selalu mengutamakan uang tapi tak pernah berfikir dampak negatifnya untuk orang banyak.Mereka rela berlaku curang demi sebuah proyek yang dapat menghancurkan keseimbangan alam.
            Aku sangat senang lahan perkebunan teh ayah tidak jadi jatuh ketangan orang yang salah,Sehingga aku bisa meneruskan cita-cita ayahku yaitu melestarikan perkebunan teh ini demi orang banyak juga untuk memelihara keseimbangan alam.


SELESAI
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar