Minggu, 25 Mei 2014

Kumpulan Cerpenku



Cinta Pra-Opspek,Cinta Palsu?
Oleh:Samsidar
Pagi itu adalah hari pertama aku menginjakkan kaki di bumi Kampus ini.Banyak hal yang kami lakukan disana,berawal dari kenal-kenalan dengan teman-teman cewek sampai sahut-sahutan dengan kenalan cowok.Berawal dari tukaran nomor hp hingga tukaran nomor sepatu,berawal dari pandang-pandangan hingga ke jadian.Upss..kebongkar deh rahasia Negara.
Aku duduk tepat dibelakang sicowok berbadan kurus cenderung gemuk itu,wajah nya tak begitu tampan tapi setidaknya bibirnya seksi dan senyuman nya manis.Em gula kali ya manisJ.Kata demi kata dia lontarkan untuk bahan perbincangan diantara rekan calon mahasiswa yang tak seberapa ini.Ya..tak seberapa,ada si Nayla mantan  jurusan IPS tapi nyasar ke fakultas kelautan.Ada si Bogen anak STM melanjutkan kuliah ke fakultas Ekonomi.Hm Cuma aku dan dia yang sesuai jurusannya.Apalagi kalau sudah bicara tentang jurusan Cinta,Dia itu paling ahli menggoda wanita.Dan aku paling bodoh dalam bercinta,Ntah karena apa aku menerimanya,mungkin karena berfikir ada tebengan buat ke Kampus kali ya?
Sudah tiga kali aku PHP-in,keempat kalinya aku terima.kenapa diterima?ya..waktu itu hari ulangtahun nya,sayang kalo gak diterima.Kan kalau orang-orang bertanya tanggal jadian sedikit keren tuh karena jadian nya tepat hari ulang tahun si dia,apalagi kado ulangtahun nya aku buat sendiri pakai tangan.Ya iyalah pakai tangan masa pake kaki sih.
Kencan pertama malam mingguan,tempat karaoke Bagio sudah menunggu kedatangan aku dan dia.Sempat berfikir bakalan seru ni nyanyi berdua biar romantis gitu.Tapi bukannya romantis yang didapat,rencana nyanyi buat duet batal seketika,yang ada malah nyaber lebih tepatnya nyanyi bareng-bareng.Menurut aku,dia kampung banget sih masa teman-teman nya ikut-ikutan kencan?kalau gak gangguin sih gak apa-apa,nih baru turun dari motor aja sudah ributL.Kencan pertama gak berjalan mulus.Banyak kurcaci pengganggu sih.
Hari-hari kujalani hubungan dengan nya dengan cara yang membosankan.kenapa tidak?jelas,dia datang ke kos-an ku,sudah ngbrol kira-kira 4-6 jam terus pulang.Besoknya sedikit meningkat lah.bedanya,biasanya datang hanya tangan kosong kini dia membawa sebatang coklat silverquen.ya..lumayan lah dari pada tidak sama sekali.Begitulah seterusnya hingga hubungan kami menginjak waktu 1bulan.
Waktu itu Nafsuku sedang berada diujung samudra,apalagi dia?mungkin nafsu nya sebesar tembok raksasa cina.Ya..tidak perlu dibilang kejadian apa yang kami lakukan yang jelas keperawananku masih utuh dan tak ada cacat sedikitpun.Dari kejadian itulah,timbul rasa muak ku terhadap si dia.Memang sih bukan salah dia saja,tapi tetap saja dia yang kurang ajar.Berani-beraninya merusak citra seorang wanita berjilbab seperti aku.Aku sempat merenungkan bahwa akulah yang terlalu lebai,dimana-mana juga gak ada kali orang pacaran gak pegang-pegangan.jadi menurut si dia dan teman-teman hal itu wajar dilakukan oleh sepasang kekasih.Tapi rasa menyesal ku selalu datang menghantui,karena memang sebelumnya aku tak pernah sentuhan dengan laki-laki apalagi sampai elus-elusan.Orang sedikit heran sih melihat seorang wanita berjilbab yang degil dan brutal ini tak pernah pacaran sebelumnya.Tapi mau bagaimana lagi hal itu membuat ku geli dan merasa berdosa.
Keputusanku sudah bulat seperti lingkaran,akhirnya kata-kata putus pun terlontar dari bibirku yang merah ini.Tapi dia tak ingin putus dariku,ia mengaku sudah terlanjur cinta pada diriku.Ia berjanji akan merubah sikapnya yang terlalu nakal terhadap wanita,ya..apa boleh buat aku juga sudah terlanjur sayang kepadanya.Aku pun memberi nya kesempatan kedua untuk berubah,bermula dari jarang bertemu hingga ia tak pernah menyentuh tubuhku.Aku merasakan perubahan sikap pada dirinya,kini ia tak lagi melirik bagian tubuh wanita yang sedikit rentan dari birahi.Dia selalu meminta izin untuk memegang tanganku yang mungil ini,tapi malang nya dia tak pernah ku beri izin untuk menggapai jemariku ini.
Hubungan kami sudah berjalan hampir 3bulan.Suka duka kami jalani bersama,hingga suatu ketika aku harus beranjak dari kos ku yang lama menuju ke kos yang baru karena sesuatu hal.Di tempat kos yang baru ini mengasyikkan,tetapi tidak bagi si dia.kenapa demikian?tentu saja tidak.Ibu kos melarang kami menerima atau membawa teman lelaki masuk ke dalam rumah.Kalaupun ada teman lelaki yang datang itu hanya boleh berdiri dibatas pagar.
Hal itu mendukungku untuk memutuskan hubungan lagi dengan si dia,setelah jarang bertemu aku menjadi bosan terhadapnya.SMS nya saja tiap hari selalu menanyakan hal yang sama,yaitu “sudah makan?,sudah mandi?” dan sejenisnya.Aku baru sadar bahwa selama ini aku selalu berusaha menjauhinya,sebatas sayang mungkin ada tapi tidak untuk cinta.Itulah yang menjadi alasan terkuat agar aku dapat melepaskannya.Menurutku dia adalah lelaki yang baik hati,penyayang dan pengertian.Tapi kenapa aku bisa setega itu mengecewakannya?
Cintanya begitu dalam terhadapku sampai ia rela menggadai HP nya untuk menukarkan motornya yang ada dibengkel untuk mengantarku membeli sesuatu.Aku tidak tahu kenapa aku jahat terhadapnya,dan bahkan aku tidak mengerti apakah aku cinta atau tidak terhadapnya.Tapi itulah nyatanya,menurutnya aku adalah virus yang selalu melukai hatinya.Dia tidak tahu bahwa aku juga sakit melakukan itu,airmata ku pun sempat mengalir karena memikirkan dirinya.Aku tak ingin memberinya bingkisan kado yang indah lagi tapi didalam kado tersebut terdapat jarum yang patah.Aku tak ingin melihatnya luka lebih dalam lagi karena cintaku yang menurut nya palsu untuk dirinya.
Kali ini aku adalah sosok orang yang benar-benar tak berperasaan,dengan gampang nya aku memutuskan nya dan menyuruhnya mov on dari diriku.Mungkin benar kata si dia bahwa cintaku selama ini adalah cinta palsu.Aku hanya takut hukum karma berlaku pada diriku,aku takut kejadian yang menimpa si dia akan terlempar pada diriku.Tapi itulah yang harus aku hadapi,menerima semua konsekuensi dan efek samping yang ada.Aku rela dirinya membenci diriku,karena hanya itulah yang membuat dia bisa melupakan diriku.Aku hanya berharap agar ia tak pernah lagi disakiti oleh wanita yang ia cintai.Begitu juga halnya dengan diriku semoga aku bisa belajar lebih jauh tentang cinta dari kejadian ini.Itulah cinta pra-opspek yang terlalu singkat jalan ceritanya.Mengenal seseorang dalam waktu singkat dan menjadikannya kekasih untuk melengkapi diri,yang tak tahu akhir kisah nya akan menyedihkan seperti ini.


SELESAI


      
Cerpen Agama
Tuhan yang Tahu
Oleh:Samsidar
       Pesantren Al-Madani adalah pondok terkenal didaerah Tanjungpinang.Dimana aku dibesarkan  dan dididik di Pondok itu.Banyak pengajaran yang aku dapatkan disana,mulai dari menutup aurat,berbahasa arab,mempelajari tentang ilmu fikih,hingga menghafal Al-Qur’an.
            Usiaku 18tahun,usia dimana para pelajar tamatan SMA akan melanjutkan kuliah.Namun tidak dengan aku,Orangtua ku tak mengizinkan aku melangkahkan kaki dari pondok tercinta ini,alasan mereka aku akan terpengaruh oleh pergaulan diluar sana.Universitas Negeri Malang adalah Universitas yang aku dambakan semenjak kecil,karena banyak lulusan dari Univesitas tersebut menjadi orang-orang yang hebat dan bepengetahuan luas.Tak terkecuali abang kandungku yang  menjadi seorang Arsitek terkenal di kota ini.Namun ntah mengapa Abi dan Umi tak merelakan aku menjadi orang sukses diluar sana.Mereka lebih senang jika melihat aku mengabdi pada pondok ini.
            Aku berusaha berfikir positif atas larangan yang dilakukan Abi.Mungkin memang sebaiknya aku belajar dan mengabdikan ilmuku pada pondok ini.Walaupun ilmu yang kumiliki belum setara dengan pengetahuan yang dimiliki ustad dan Ustazah yang ada dipondok ini,tetapi Abi dan Umi percaya akan pengetahuan yang aku miliki.Akhirnya aku pun memegang Amanah dan berusaha menjaga kepercayaan yang diberikan Abi dan Umi kepada diriku.
            Kegiatan di pondok ini pun berjalan seperti biasa.Aku ditetapkan sebagai ustazah asuh di Asrama Az-zahra,yaitu sebuah asrama putri yang menempatkan anak-anak penghafal qur’an.Setiap hari para santriwati harus menyetorkan hafalan nya kepadaku.Aku sangat senang mempunyai anak asuh yang usia nya tidak terlalu jauh dariku,sehingga mereka sering berbagi cerita kepadaku.Setidaknya hal itu bisa mengurangi kejenuhan dalam hidupku.
Suatu ketika aku masuk kedalam kelas untuk memberi pelajaran bahasa arab kepada para santriwan dan santriwati di Pondok Madani.
“Maaza darsunal’an ?.
“Darsunal’an al-lughatul al-arobiyyah ya ustazah..”
“Aiwa,kaifa halukum ya ukh wa ya akh?”
“Alhamdulillah innana bilkhoir ya uz..”
“Ba’din,ba’da narju’u min haza faslun,antum daiman izhabi ilal maktabi summa ista’ir kitabun fi huna wahid Kaman laba’sa,summa qoro’i.Fahimtum?”
“Wahimna ya uz..”
            Setelah pelajaran bahasa arab selesai,aku berjalan keluar kelas menuju asrama.Aku melanjutkan hafalan ku yang hampir khatam 30juz.Banyak hal yang harus dihindari ketika ingin mengafal Ayat Al-Qur’an.Seperti,mengurangi berbicara yang kotor,tidak menggunjing,dan menjaga pandangan.Namun hal itu dapat aku lewati berkat tekad kuatku untuk menggenggam Al-Qur’an pada hatiku.
            Abi selalu memberiku pengajaran yang bermanfaat tentang agama,sehingga aku menjadi anak yang penurut dalam keluarga.Aku selalu mendengarkan nasehat Abi dan juga Umi.Hingga akhirnya aku harus menuruti permintaan mereka agar tak melanjutkan kuliah di Universitas yang aku impikan.
            Tepat hari jumat pagi aku bersiap-siap untuk mengajar ilmu nahwu pada santriwati,namun alangkah kagetnya aku mendengar kabar dari Abi yang menyatakan bahwa Umi jatuh pingsan ketika berjalan kaki menuju pasar.Dengan cepat aku berlari menemui Umi.Aku khawatir akan kesehatan Umi,karena memang beberapa hari terakhir ini Umi sering mengalami pusing dan Pingsan secara tiba-tiba.Aku tak ingin kejadian yang menimpa nenek terulang lagi pada Umi ku.
            Umi pun segera dilarikan kerumah sakit,Dokter memfonis usia umi tidak betahan lama,mungkin hanya berkisar dua sampai tiga hari lagi.Aku pun meneteskan air mata seketika mendengar kabar tersebut.Aku berusaha tidak mempercayai kata-kata dokter tersebut,karena bagiku kuasa Allah lah yang paling mutlak.Selama dua hari ini aku merawat dan menemani Umi yang diopname dirumah sakit kemuliaan.Beliau kelihatan semakin kurus dan semakin melemah.Aku seakan hancur melihat penderitaan yang Umi alami.Kenapa tidak aku saja yang memikul penyakit ini?Aku hanya butuh waktu yang lebih lama agar bisa terus bersama-sama Umi.
“Umi yang kuat ya,Umi ingin melihat ana mengabdi lebih lama kan di pondok kita ini?”kataku kepada umi.
“Na’am ya ukh,umi sayang sama anti..anti harus berjanji pada umi akan selalu mengabdi pada pondok dan menjadi wanita yang kuat nantinya dalam menghadapi cobaan”.Jawab umi dengan lembutnya.
“Na’am ya umi,umi harus kuat..Allah itu sayang sama umi”kataku lagi sambil menatap wajah umi.
“Karena Allah sayang dengan umi makanya umi harus kembali kepada Allah”lontar umi seraya mengelus-elus jemariku.
“Umi,istighfar wa qoro’a syahadah mi”kataku sambil meneteskan airmata.
Setelah mengucap istighfar dan membaca kalimat syahadah Umi pun menutupkan mata dan berhenti mengelus jari-jariku.Tak ada kata lain yang bisa ku ucap selain “Innalillahi wa innalillahi rooji’un” dan meneteskan air mata sederas-derasnya.Aku memeluk erat tubuh umi ku.Aku berusaha mengikhlaskan kepergian umi,karena dengan ikhlas Umi akan tenang berada si sisi Allah.Aku tak tau bagaimana perasaan Abi melihat umi pergi untuk selamanya,yang Abi lihatkan padaku adalah sikap tegarnya seraya berkata kepadaku”Tuhan yang Tahu atas musibah ini”.Aku pun tersenyum haru mendengar ucapan Abi yang dilontarkan kepadaku.Dari peristiwa ini aku belajar tawakkal kepada Allah,karena hanya Allah lah yang yang tahu atas semua rencana yang diberikan kepada umat-Nya.


SELESAI




Al-Qur’an untuk Qonita
Oleh:Samsidar
Dia seorang remaja putri yang berusia 13tahun.Ia terlahir dari latarbelakang keluarga yang tak utuh,ia memiliki seorang ibu dan seorang adik laki-laki.Sedangkan ayah nya sudah 12tahun pergi meninggalkan keluarganya.Remaja yang kerap disapa Qonita ini memiliki kelainan fisik yaitu kaki sebelah kanan nya berukuran 10cm lebih pendek dari kaki sebelah kirinya.Namun hal itu tak membuatnya malu dan patah semangat dalam menjalani hidup.
Suara azan terdengar menunjukkan waktu solat shubuh tiba,Qonita terbangun seketika dan mengejutkan ibunya untuk melakukan solat shubuh secara bersama.Setelah solat,Qonita melanjutkan pengajian disalah satu surau yang ada disekitar tempat tinggalnya tersebut.Sehari-hari Qonita selalu menunjukkan perilaku yang baik kepada semua orang,tak terkecuali kepada ibu dan adik tercintanya.
Kemana-mana Qonita selalu membawa Al-qur’an kecilnya,menurut nya Al-qur’an dapat menjaga nya dari perbuatan-perbuatan yang menyimpang.Sehingga ketika Al’quran kecilnya hilang ia merasa sedih.Untung saja Al-qur’an nya itu dapat ditemukan dengan cepat,karena jika tidak, mungkin ia tidak bisa menghafal ayat Al-quran lagi karena ia tak mempunyai uang seserpun untuk membeli Al-qur’an yang baru.Selain menjadi anak yang bebakti,Qonita juga terkenal sebagai hafizah dikampung nya tersebut.
Suatu hari Qonita sedang asik menghafal surah al-waqi’ah,sedangkan ibu nya sedang beristirahat disamping anak yang bertubuh mungil itu.Sang ibu meneteskan airmata dan berusaha menyembunyikan kesedihan nya dari hadapan Qonita,ia memalingkan wajah nya seraya memikirkan masa depan pendidikan anaknya tersebut.Ia merasa tak mampu lagi untuk menyekolahkan anaknya.Pekerjaan nya hanya sebatas Tukang Sapu jalanan,penghasilan nya hanya berkisar 15ribu hingga 20ribu dalam sehari.Qonita berpura-pura tak memperhatikan ibunya yang sedang menangis,ia beranjak dari kamarnya sambil menahan tangis karena tak kuasa melihat ibunya yang sedang terbaring lelah.Qonita tahu bahwa ibunya sedang memikirkan masa depan anak-anaknya.
Akhirnya Qonita bertekad untuk mencari pekerjaan sampingan guna membantu ibunya yang sudah berjuang merawat nya dari kecil tanpa adanya peran seorang suami dalam hidupnya.
“Ibu,ada yang mau Nita bicarakan kepada ibu”kata Qonita dengan lembut.
“Tentang apa sayang?,tentang Al-qur’an yang kamu inginkan itu?sabar dulu ya sayang tunggu ibu ada uang pasti nanti ibu belikan untuk kamu,kan Al-Qur’an kecil mu masih bisa digunakan?”tutur ibu Qonita sambil memegang bahu kiri anaknya.
“Tidak bu,bukan itu,Nita tak ingin memaksa ibu buat itu,Nita tahu ibu tidak memiliki uang,makanya Nita ingin ikut ibu bekerja.Boleh ya bu?”pinta Qonita kepada ibunya.
“Jangan sayang,kamu itu harus nya sekolah baik-baik bukan membantu ibu.Ibu akan berusaha lebih keras agar kamu dan adikmu tidak putus sekolah.Ibu minta maaf ya belum bisa memberikan yang terbaik untuk kalian”lontar ibu Qonita seraya menyembunyikan kesedihannya.
“Tapi bu….”
“Husst sudah,ibu berangkat kerja dulu ya.Lanjutkan hafalan mu nak,jaga adikmu baik-baik.Jangan lupa matikan kompor didapur,ibu tadi memasak nasi tapi ibu tak sempat mematikannya”perintah ibu kepada Qonita.Qonita pun menganggukkan kepala karena tak terbiasa membantah perintah ibunya,apapun yang dikatakan ibunya ia selalu menurut.
            Qonita masuk kedalam rumah dan melanjutkan hafalan pada surah Ar-rahman,sedangkan adiknya yang berusia 7tahun itu bemain bersama teman-temannya diluar rumah.“Arrohman..allamal Qur’an..allamahul bayan…” takrir Qonita dengan fasih.Ketika Qonita sedang asik menghafal ayat Al-qur’an tiba-tiba terdengar suara tangisan adik nya dari luar rumah,Qonita pun berlari seketika meninggalkan Al-qur’annya diatas meja .Ternyata adiknya terjatuh ketika berlari dan menyebabkan luka memar pada bagian lututnya.Dengan cepat Qonita berlari masuk kearah dapur untuk mengambil air hangat,namun alangkah terkejut nya Qonita ketika melihat kobaran api sudah menyambar ruangan tengah beserta kamarnya.Ia baru teringat akan pesan ibunya untuk mematikan kompor,dan hal itu menyebabkan sijago merah menghanguskan segala isi rumah,termasuk Al-qur’an kecil milik Qonita.
            Qonita berusaha menyelamatkan benda-benda yang bisa digapai namun hal itu sia-sia.Tak ada satu pun barang yang dapat diselamatkan,selain pakaian yang dikenakan Qonita bersama adiknya.Ia hanya bisa menangis dan meraung melihat rumahnya dikelilingi sijago merah.Orang-orang disekitar Qonita sibuk berlarian mengambil air untuk meredamkan api yang membakar rumah seorang ibu yang memiliki dua anak itu,karena ukuran rumah yang tak begitu besar kobaran api pun secara perlahan-lahan dapat dipadamkan.Qonita berlari masuk kedalam rumah yang hampir roboh dengan keadaan hangus sebagian itu,tak ada hal lain yang diinginkan nya selain dapat menemukan Al-qur’an nya kembali.Namun usaha nya sia-sia,bagaikan menuang air pada gelas yang bolong.Tentu saja Al-qur’an yang berukuran kecil itu habis terbakar api dan tak meninggalkan sisa.Ia hanya bisa menggumpalkan rasa penyesalan nya terhadap dirinya sendiri yang lupa mematikan kompor.
            Sedangkan disisi lain,seorang ibu yang tengah membersihkan jalanan tiba-tiba mendapatkan rezeki yang tak terduga.Setelah ia menyelamatkan dan mengembalikan sebuah tas mewah milik seorang wanita berjilbab,seorang ibu yang memiliki dua anak ini dihadiahkan sebuah amplop yang berisikan uang dan sebuah Al-qur’an.
“Ibu terimakasih banyak atas kejujuran ibu yang telah mengembalikan tas saya,terimalah ini bu sebagai sedekah saya kepada ibu,karna saya tahu ibu pasti tidak akan menerima ini jika saya katakan sebagai imbalan atau tanda terimakasih saya kepada ibu”kata wanita berjilbab itu seraya menyodorkan sebuah amplop berisikan uang.
“Oh jangan neng,saya ikhlas melakukan ini”tolak ibu Qonita  sambil melirik Al-qur’an yang ada didalam tas wanita tersebut.
“Ibu,kita hidup didunia untuk saling tolong-menolong dan menyisihkan sedikit harta kita kepada orang yang membutuhkan.Dan ibu pasti membutuhkan ini,saya mohon bu terimalah ini”kata wanita itu seraya memperhatikan mata ibu Qonita yang selalu melirik Al-qur’an didalam tas nya.
“Tidak apa-apa neng,saya ikhlas kok”jawab ibu Qonita lagi yang masih sibuk melirik Al-qur’an yang ada di tas wanita tersebut.
“Ibu,kalau begitu terimalah yang satu ini,sepertinya ibu lebih tertarik pada Al-qur’an ini”tawar wanita itu sambil mengeluarkan Al-qur’an dari dalam tas nya.
“Ekh..maafkan saya neng sudah lancang melirik isi tas eneng,tp sebenarnya anak saya sudah lama menginginkan sebuah Al-qur’an cantik seperti yang ada didalam tas eneng”kata ibu itu dengan kepala tertunduk.
“Subhanallah,ambillah ini bu”tutur wanita itu seraya menyodorkan sebuah Al-qur’an dan menyelipkan sebuah amplop didalam nya kepada ibu Qonita.
“Alhamdulillah Ya Allah…terimakasih banyak neng,saya yakin pasti anak saya akan senang menerima ini”ucap ibu Qonita tanpa menyadari sebuah amplop telah terselip didalam Al-qur’an tersebut.
Ibu Qonita pun pamit dan berlalu meninggalkan wanita tersebut.Dengan senang nya Ibu Qonita berlari menuju rumahnya sambil memeluk Al-qur’an yang didambakan putri tuanya.Ia tak sabar mempersembahkan Al-qur’an cantik itu kepada Qonita anaknya.Namun alangkah kagetnya ibu Qonita ketika melihat rumahnya sudah hitam terbakar api.Ia tersungkur seketika,meletakkan lututnya pada tanah yang penuh dengan abu.Ia tak melihat kedua anaknya,air mata nya mengucur deras mengira anaknya terjebak didalam rumah yang terbakar itu.Kepala nya tertunduk,tangan nya erat merangkul Al-qur’an,air mata nya mengalir basahi wajah nya yang lelah itu.Ia tak menghiraukan langkah kaki yang menghampirinya,karena ia terlalu larut dalam kesedihan sehingga tak memperhatikan kedua anaknya yang sudah berdiri tegap dihadapan nya.
            “IBU….!!”sapa kedua anaknya seraya memeluk tubuhnya.Kepala sang ibu terngadah keatas melihat kedua anaknya yang datang menghampirinya.Ia tersenyum haru melihat anak-anaknya utuh tanpa kekurangan suatu apapun.
“Ibu,maafkan Nita yang lupa mematikan kompor”kata Qonita dengan penuh rasa menyesal.
“Tidak apa-apa sayang,yang penting kalian selamat.Ini sudah kehendak dari yang maha kuasa,ibu ada sesuatu buat kamu sayang.Terimalah Al-qur’an ini,seorang wanita memberikan ini untuk kamu”tutur sang ibu sambil memberikan sebuah Al-qur’an kepada Qonita.
“Alhamdulillah ibu,Nita sangat senang menerima ini.soalnya Al-qur’an kecilNita sudah hangus terbakar api didalam sana.Tapi bagaimana dengan rumah kita ibu?”tanya Qonita seraya membuka-buka Al-qur’an dan menemukan sebuah amplop didalamnya.
“Ini apa bu?”tanya nya lagi kepada ibunya.
            Akhirnya ibunya menjelaskan kepada kedua anaknya darimana mendapatkan uang tersebut.Qonita tersenyum mendengar cerita ibunya yang bertemu dengan seorang wanita dermawan yang memberikan nya sebuah Al-qur’an dan sejumlah uang.Mungkin inilah jalan yang diberikan Allah,setelah kehilangan rumahnya,mereka dianugerahi rezeki melalui cara yang tak terduga.Sebuah Al-qur’an untuk Qonita mengantarkan mereka pada kedamaian dunia,kedamaian menghafal Al-qur’an dan kedamaian mensyukuri nikmat.Kini mereka menempati rumah kecil yang dibeli nya menggunakan uang didalam amplop tersebut,disana mereka hidup sederhana dan bahagia.
SELESAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar