Kantor
dengan Peninggalan Sejarah Melayu
TANJUNGPINANG- Balai
Pelestarian Nilai Budaya Kota Tanjungpinang banyak menyimpan arsip dan bukti
peninggalan sejarah Melayu. Kantor yang berdiri tahun 1985 ini menyimpan
dokumen dan peninggalan sejarah dari empat provinsi di Indonesia, di antaranya
provinsi Bangka Belitung, Jambi, Riau dan Kepulauan Riau.
Kantor yang berdiri di
Jalan Pramuka kilometer 4 Kota Tanjungpinang ini melestarikan peninggalan
sejarah tersebut dalam bentuk dokumen penting seperti naskah kuno dengan
tulisan arab melayu, kumpulan buku cerita rakyat asal tanjungpinang, pakaian
adat melayu dan barang-barang antik asli melayu seperti, kendi, mahkota melayu,
gelang, topeng makyong dan lain-lain. Selain peninggalan-peninggalan tersebut,
Balai ini juga kerap kali mengadakan penelitian-penelitian untuk menilik
sejarah melayu di Kepulauan Riau.
Salah seorang penjaga
perpustakaan di Kantor Balai Pelestarian Nilai Budaya Tanjungpinang, Maswar
mengatakan bangunan yang telah digunakan sejak tahun 1986 ini memang menjadi
wadah untuk melestarikan peninggalan sejarah Indonesia. Hal itu terbukti dengan
pajangan-pajangan berbagai buku ilmu pengetahuan, novel karangan budayawan
melayu, peralatan mencari nafkah pada zaman dahulu, naskah kuno asli, dan
barang-barang antik melayu yang ada diperpustakaan itu. Sejumlah perlengkapan
perkawinan adat melayu dan berbagai peninggalan alat-alat rumah tangga terlihat
lengkap di dalam lemari kaca yang berada di perpustakaan tersebut.
“Kantor Balai
Pelestarian ini sebenarnya mempunyai museum di Riau, tapi karena banyak
peninggalan sejarah melayu di Tanjungpinang makanya kantor Balai Pelestarian
Nilai Budaya ini didirikan di Kota
Tanjungpinang. Karena letaknya berada di daerah melayu makanya kantor ini lebih
mengarsipkan peninggalan budaya dan sejarah melayu”. Ujar Maswar (18/11).
Kantor yang didirikan
dengan tujuan untuk melestarikan budaya Indonesia ini juga menyimpan permainan tradisional berupa gasing raksasa
asal Bangka Belitung. Gasing yang memiliki berat mencapai 140 Kg dengan
diameter tengah dan tinggi 70 cm ini sudah tercatat Muri berputar selama 3
menit 67 detik pada tahun 2006 yang dimainkan 10 orang diantaranya 1 orang
pemegang tali, 2 orang pemegang stang, dan 7 orang pemutar gasing.
Selain permainan tradisional tersebut, Balai ini juga banyak
menyimpan buku cerita rakyat asal Kepulauan Riau yang tidak diketahui oleh
masyarakat. Di antaranya, Sungai Jodoh, Wak Si dolan, Bujang Sri Ladang,
Pusakan Tanjung Penyabung, Laksaman Jangoi, Lancang Kuning dan lain sebagainya.
Tentunya hal tersebut butuh perhatian dari kalangan muda dan masyarakat untuk
mengingat punahnya cerita rakyat melayu di Kepulauan Riau Khususnya di
Tanjungpinang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar