Rabu, 18 November 2015

BERITA 15

Meski Cacat Tetap Tangguh
Kisah Mahasiswa Miskin yang Tak Dapat Perhatian Dari Pemerintah

TANJUNGPINANG-Penuh dengan keterbatasan tidak menghalangi Roni dalam meraih cita-citanya. Pria yang lahirpada 4 Oktober 1991 ini adalah mahasiswa disalah satu perguruan tinggi di Kota Tanjungpinang, yang begitu berprestasi dalam pendidikan namun saying tidak sama sekali diperhatikan oleh pemerintah.

Kemiskinan sangatlah akrab dengan kehidupan Roni, namun meskipun orang tuanya tidak mampu menyekolahkannya keperguruan tinggi karena tidak mempunyai biaya, bukan berarti pendidikannya hanya sekedar tamatan SMA. Roni tidak ingin seperti saudara-saudaranya yang lain, pendidikan hanya sebatas SD. Dia nekat melanjutkan pendidikannya hingga ke jenjang yang lebih baik daripada saudaranya yang lain.

Roni adalah anak kelima dari delapan bersaudara, Ia ingin merubah nasib dari keluarganya dengan berpisah untuk melanjutkan pendidikannya ke Kota Tanjungpinang walaupun tidak mendapat biaya dari ibunya. Satu harapannya, ia ingin membahagiakan ibunya dan merubah nasib keluarganya agar lebih baik di masa yang akan datang. Walaupun tidak pernah dibiayai oleh orang tua selama sekolah, itu sama sekali tidak membuat ia putus harapan. Roni nekat untuk berusaha membiayai pendidikannya  sendiri.

Salah satu sumber biaya yang menjadi harapan Roni adalah bantuan dari pemerintah daerah maupun provinsi, tapi sampai dengan detik ini tidak ada sama sekali bantuan yang datang dari pemerintah. “Padahal proposal bantuan mahasiswa yang tidak mampu sudah banyak ia layangkan ke pemerintah agar mendapat bantuan biaya pendidikan,”ungkap Roni.

Roni mengatakan selama kuliah ia tidak pernah mendapat kiriman uang dari orang tuanya, kalau pun dikirim itu tiga atau empat bulan sekali sebanyak Rp200 ribu, namun ia tidak mengharapkan itu semua . Roni yakin kalau ada kemauan yang keras pasti akan ada jalannya. Pada awal pertama kali menginjak kaki  diTanjungpinang ia tinggal dengan temannya yang masih satu kampong dengannya. Setelah beberapa lama ia memilih untuk mencari tempat tinggal sendiri.

Roni mengaku untuk membiayai kuliahnya ia harus berkerja sebagai penjual pulsa agen dari temannya. Di sanalah ia mendapat sedikit upah. Tidak hanya itu, ia juga membantu temannya berjualan minyak wang. Ia juga mendapat upah dari penjualan itu. Roni tidak malu melakukan pekerjaan apa pun untuk  biaya pendidikannya selagi itu halal untuk ia kerjakan.

Pria yang lahir di sebuah pulau kecil di kecamatan Senayang Kabupaten Lingga ini sangatlah berprestasi dalam bidang  pendidikan. Segenap prestasi pernah ia torehkan selama duduk di bangku SMA. Prestasi yang paling ia banggakan adalah mendapat juara 2 olimpiade metematika SMA sekabupaten lingga. Roni juga pernah menjadi duta Terumbu Karang perwakilan siswa Kabupaten Lingga untuk tingkat nasional di Jakarta.

Sejak tamat SekolahDasar, Roni sudah berpisah dengan kedua orang tua untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang SMP, hal ini karena di kampong halamannya tidak mempunyai SMP yang memaksakan ia harus pisah dengan orang tua. Untuk melanjutkan ke jenjang SMP itu pun atas inisiatifnya sendiri. Waktu SMP ia diasuh oleh saudara dari ibunya. Semasa itu orang sangat simpati kepadanya, sepulangnya dari sekolah ia harus membantu orang rumahnya untuk berdagang dan pergi ke laut menjadi nelayan.

Walaupun tidak seperti manusia biasa yang mempunyai anggota tubuh yang lengkap, keterbatasan fisiknya tidak membuat ia malu untuk menuntut ilmu di kampung orang. Cercaan dan hinaan sudah menjadi hal biasa baginya. Mahasiswa alumni SMAN 1 Senayang ini juga aktif dalam berbagai organisasi di dalam kampus maupun luar kampus. Ini sudah menjadi hal yang tidak asing lagi baginya karena waktu duduk di bangku SMA dia juga sangat aktif dalam berorganisasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar