Meski Cacat Tetap Tangguh
Kisah Mahasiswa Miskin yang Tak Dapat Perhatian Dari
Pemerintah
TANJUNGPINANG-Penuh dengan keterbatasan tidak menghalangi Roni dalam meraih cita-citanya.
Pria yang lahirpada 4 Oktober 1991 ini adalah mahasiswa disalah satu perguruan
tinggi di Kota Tanjungpinang, yang begitu berprestasi dalam pendidikan namun
saying tidak sama sekali diperhatikan oleh pemerintah.
Kemiskinan sangatlah akrab dengan kehidupan
Roni, namun meskipun orang tuanya tidak mampu menyekolahkannya keperguruan tinggi
karena tidak mempunyai biaya, bukan berarti pendidikannya hanya sekedar tamatan
SMA. Roni tidak ingin seperti saudara-saudaranya yang lain, pendidikan hanya sebatas
SD. Dia nekat melanjutkan pendidikannya hingga ke jenjang yang lebih baik daripada
saudaranya yang lain.
Roni adalah anak kelima dari delapan
bersaudara, Ia ingin merubah nasib dari keluarganya dengan berpisah untuk
melanjutkan pendidikannya ke Kota Tanjungpinang walaupun tidak mendapat biaya dari
ibunya. Satu harapannya, ia ingin membahagiakan ibunya dan merubah nasib keluarganya
agar lebih baik di masa yang akan datang. Walaupun tidak pernah dibiayai oleh
orang tua selama sekolah, itu sama sekali tidak membuat ia putus harapan. Roni nekat
untuk berusaha membiayai pendidikannya sendiri.
Salah satu sumber biaya yang menjadi
harapan Roni adalah bantuan dari pemerintah daerah maupun provinsi, tapi sampai
dengan detik ini tidak ada sama sekali bantuan yang datang dari pemerintah.
“Padahal proposal bantuan mahasiswa yang tidak mampu sudah banyak ia layangkan ke
pemerintah agar mendapat bantuan biaya pendidikan,”ungkap Roni.
Roni mengatakan selama kuliah ia tidak
pernah mendapat kiriman uang dari orang tuanya, kalau pun dikirim itu tiga atau
empat bulan sekali sebanyak Rp200 ribu, namun ia tidak mengharapkan itu semua .
Roni yakin kalau ada kemauan yang keras pasti akan ada jalannya. Pada awal pertama
kali menginjak kaki diTanjungpinang ia tinggal
dengan temannya yang masih satu kampong dengannya. Setelah beberapa lama ia memilih
untuk mencari tempat tinggal sendiri.
Roni mengaku untuk membiayai kuliahnya
ia harus berkerja sebagai penjual pulsa agen dari temannya. Di sanalah ia mendapat
sedikit upah. Tidak hanya itu, ia juga membantu temannya berjualan minyak wang.
Ia juga mendapat upah dari penjualan itu. Roni tidak malu melakukan pekerjaan apa
pun untuk biaya pendidikannya selagi itu
halal untuk ia kerjakan.
Pria yang lahir di sebuah pulau kecil
di kecamatan Senayang Kabupaten Lingga ini sangatlah berprestasi dalam bidang pendidikan. Segenap prestasi pernah ia torehkan
selama duduk di bangku SMA. Prestasi yang paling ia banggakan adalah mendapat juara
2 olimpiade metematika SMA sekabupaten lingga. Roni juga pernah menjadi duta Terumbu
Karang perwakilan siswa Kabupaten Lingga untuk tingkat nasional di Jakarta.
Sejak tamat SekolahDasar, Roni sudah
berpisah dengan kedua orang tua untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang SMP,
hal ini karena di kampong halamannya tidak mempunyai SMP yang memaksakan ia harus
pisah dengan orang tua. Untuk melanjutkan ke jenjang SMP itu pun atas inisiatifnya
sendiri. Waktu SMP ia diasuh oleh saudara dari ibunya. Semasa itu orang sangat simpati
kepadanya, sepulangnya dari sekolah ia harus membantu orang rumahnya untuk berdagang
dan pergi ke laut menjadi nelayan.
Walaupun tidak seperti manusia biasa
yang mempunyai anggota tubuh yang lengkap, keterbatasan fisiknya tidak membuat ia
malu untuk menuntut ilmu di kampung orang. Cercaan dan hinaan sudah menjadi hal
biasa baginya. Mahasiswa alumni SMAN 1 Senayang ini juga
aktif dalam berbagai organisasi di dalam kampus maupun luar kampus. Ini sudah menjadi
hal yang tidak asing lagi baginya karena waktu duduk di bangku SMA dia juga sangat
aktif dalam berorganisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar